About Me

Rabu, 09 Oktober 2013

Tarsius (Tarsiidae)

Tarsius atau binatang hantu ini adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari family Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara. Tarsius diklasifikasikan ke dalam :

Kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Subfilum  : Vertebrata
Kelas       : Mamalia
Ordo        : Primate
Subordo   : Haplorrhini
Infraordo : Tarsiiformes
Famili       : Tarsiidae
Genus      : Tarsius
Species:T.bancanus, T.dentatus(T.dianae), T.lariang, T.pelengensis, T.pumilus, T.sangirensis, T.syrichta, T.tarsier (T.spectrum)
Subspecies: T.b.bancanus, T.b.borneanus, T.b.saltator

Satwa ini diberi nama Tarsius karena karakteristik dari  proporsi tulang tarsal yang lebih panjang dibandingkan pada tulang tarsal primata lain. Ciri morfologi hewan ini seperti warna dasar rambut Tarsius adalah kelabu atau kombinasi dengan warna merah, coklat kuning atau jingga. Ujung rambut berwarna merah gelap, kecoklatan atau hitam dengan dasar kelabu. Membran telinga lentur dan hampir tanpa rambut. Panjang ekor mencapai dua kali panjang kepala hingga badan. Beberapa spesies Tarsius menunjukkan dimorfisme seksual, dengan satwa jantan berukuran lebih besar daripada satwa betina.

Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Jari-jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjang dengan lengan atas. Di banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk merawat tubuh. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda.


Morfologi unik tulang vertebrae mampu menunjang pergerakan kepala berputar hingga 180° pada tiap arah, memungkinkan penglihatan hingga 360° karena mata tidak mampu bergerak. Tulang tibia dan fibula pada Tarsius mengalami fusi pada bagian dasar yang berperan dalam peredam tekanan saat satwa ini melompat dari satu pohon ke pohon lain.

Otak tarsius berbeda dari primata lain dalam hal koneksi kedua mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) dan contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.

Tarsius mampu menutup mata besarnya saat berburu, kemungkinan untuk melindungi mata dari cedera saat menangkap mangsa. Tarsius merupakan satwa insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu. Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar. Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak.


Tarsius terkenal dengan kemampuan pelompatnya, mereka mampu melompat sejauh 2 meter dengan tinggi 1,5 meter. Saat melompat mampu memutar tubuhnya dan memanjangkan jari untuk mencengkram ranting. Ekor panjang berfungsi untuk mendukung keseimbangan saat melompat jauh. Jari yang panjang mendukung fungsi pencengkraman pada berbagai permukaan. Rumus gigi Tarsius yakni 2:1:3:3 untuk rahang atas dan 1:1:3:3 untuk rahang bawah.

Satwa nokturnal ini merupakan predator yang terspesialisasi dalam melompat dan mencengkram. Tarsius merupakan primata paling primitif dari kelompok Haplorrhini. Seperti primata Haplorrhini lain, mata besar Tarsius tidak memiliki tapetum lucidum yang diduga Tarsius berevolusi dari nenek moyang diurnal. Tarsius juga bisa dimasukkan dalam kelompok Prosimian, didalamnya termasuk lemur, galago dan satwa sejenisnya yang sekarang dikenal dalam subordo primata terpisah, Strepsirrhini, atau juga dikenal sebagai primata primitif. Tarsius seperti Haplorrhini lain, memiliki rambut di hidung mereka. Sampai saat ini klasifikasi Tarsius masih menjadi perdebatan apakah Tarsius termasuk dalam subordo Strepsirrhini (dahulu dikenal sebagai Prosimian, kelompok primata kecil) atau intermedier (di pertengahan) antara subordo Haplorrhini (dahulu dikenal sebagai Anthropoidae, kelompok primata besar) dan Strepsirrhini, karena menunjukkan ciri-ciri diantara keduanya.



Ciri-ciri yang sama dengan Strepsirrhini yakni bersifat nokturnal, mata besar, telinga dapat digerakkan, mempunyai “toilet claw” pada jari kaki kedua dan ketiga serta mandibula tersusun atas dua tulang. Ciri-ciri yang sama dengan Haplorrhini adalah tanpa rhinarium telanjang, tanpa “dental comb”, cermin hidung kering, gigi seri bawah menghadap ke atas dan plasenta hemochorial. Tarsius dapat ditemukan pada area dengan ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali untuk T.pumilus yang bisa ditemukan pada area dengan ketinggian mencapai 2200 m di atas permukaan laut.

Kehamilan berlangsung enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar.








1 komentar: