Tarsius atau binatang hantu ini adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari family
Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun
grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang
ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara. Tarsius diklasifikasikan ke dalam :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo :
Primate
Subordo : Haplorrhini
Infraordo : Tarsiiformes
Famili : Tarsiidae
Genus : Tarsius
Species:T.bancanus, T.dentatus(T.dianae), T.lariang, T.pelengensis, T.pumilus, T.sangirensis, T.syrichta, T.tarsier (T.spectrum)
Subspecies: T.b.bancanus, T.b.borneanus, T.b.saltator
Satwa ini diberi nama Tarsius karena
karakteristik dari proporsi tulang tarsal yang lebih panjang dibandingkan pada tulang tarsal primata lain. Ciri
morfologi hewan ini seperti warna dasar rambut Tarsius adalah kelabu atau
kombinasi dengan warna merah, coklat kuning atau jingga. Ujung rambut berwarna
merah gelap, kecoklatan atau hitam dengan dasar kelabu. Membran telinga lentur
dan hampir tanpa rambut. Panjang ekor mencapai dua kali panjang kepala hingga
badan. Beberapa spesies Tarsius menunjukkan dimorfisme seksual, dengan satwa
jantan berukuran lebih besar daripada satwa betina.
Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir
dua kali panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga
25 cm. Jari-jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama
panjang dengan lengan atas. Di banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari
kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk
merawat tubuh. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya
berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda.
Morfologi unik tulang vertebrae mampu menunjang
pergerakan kepala berputar hingga 180° pada tiap arah, memungkinkan penglihatan
hingga 360° karena mata tidak mampu bergerak. Tulang tibia dan fibula pada Tarsius mengalami
fusi pada bagian dasar yang berperan dalam peredam tekanan saat satwa ini
melompat dari satu pohon ke pohon lain.
Otak tarsius berbeda dari primata lain dalam hal koneksi kedua mata dan
lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang
menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi
dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) dan contralateral (sisi
kepala yang berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari
lemur, kukang, dan monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.
Tarsius
mampu menutup mata besarnya saat berburu, kemungkinan untuk melindungi mata
dari cedera saat menangkap mangsa. Tarsius merupakan
satwa insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu.
Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan
kelelawar. Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat
menangkap burung yang sedang bergerak.
Tarsius terkenal dengan kemampuan pelompatnya, mereka
mampu melompat sejauh 2 meter dengan tinggi 1,5 meter. Saat melompat mampu
memutar tubuhnya dan memanjangkan jari untuk mencengkram ranting. Ekor panjang
berfungsi untuk mendukung keseimbangan saat melompat jauh. Jari yang panjang
mendukung fungsi pencengkraman pada berbagai permukaan. Rumus gigi Tarsius
yakni 2:1:3:3 untuk rahang atas dan 1:1:3:3 untuk rahang bawah.
Satwa nokturnal ini merupakan
predator yang terspesialisasi dalam melompat dan mencengkram. Tarsius merupakan
primata paling primitif dari kelompok Haplorrhini. Seperti primata Haplorrhini lain, mata besar Tarsius tidak memiliki tapetum lucidum yang diduga
Tarsius berevolusi dari nenek moyang diurnal. Tarsius juga bisa dimasukkan dalam kelompok Prosimian, didalamnya termasuk lemur,
galago dan satwa sejenisnya yang sekarang dikenal dalam subordo primata
terpisah, Strepsirrhini,
atau juga dikenal sebagai primata primitif. Tarsius seperti Haplorrhini lain, memiliki rambut di
hidung mereka. Sampai saat ini klasifikasi Tarsius masih menjadi perdebatan
apakah Tarsius termasuk dalam subordo Strepsirrhini (dahulu dikenal sebagai Prosimian, kelompok primata kecil)
atau intermedier (di pertengahan) antara subordo Haplorrhini (dahulu dikenal sebagai Anthropoidae, kelompok primata besar) dan Strepsirrhini, karena
menunjukkan ciri-ciri diantara keduanya.
Ciri-ciri yang sama dengan Strepsirrhini yakni bersifat nokturnal, mata besar, telinga dapat
digerakkan, mempunyai “toilet
claw” pada jari kaki kedua dan ketiga serta mandibula tersusun atas
dua tulang. Ciri-ciri yang sama dengan Haplorrhini adalah tanpa rhinarium telanjang, tanpa “dental comb”, cermin hidung kering, gigi seri bawah
menghadap ke atas dan plasenta hemochorial.
Tarsius dapat ditemukan pada area dengan ketinggian 1500 meter di atas
permukaan laut, kecuali untuk T.pumilus yang
bisa ditemukan pada area dengan ketinggian mencapai 2200 m di atas permukaan
laut.
Kehamilan berlangsung enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak.
Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam
waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun.
Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu
hektar.
Tarsius emang super unik. Btw, omong-omong soal tarsius, di belitung agak sedikit beda loh guys.
BalasHapusTarsius Bancanus Saltator - The Ancient Primate from Belitung